Selasa, 25 Oktober 2022

MARYANTO – CGP ANGKATAN 5 – KABUPATEN INDRAGIRI HULU KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN

 

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Pratap Triloka KHD yang dikenal dengan Ing Ngarso Sung Thulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, dan Tut Wuri Handayani, menjadi landasan yang sangat penting dalam mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada murid. Karena guru adalah seorang penuntun kodrat anak, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya agar anak menjadi terarah sesuai kemampuannya. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus menjadi penuntun dalam proses pembelajaran yang berpusat pada murid.

Berlandaskan filosofi Pratap Triloka KHD dalam pengambilan keputusan di kelas akan membawa kepada perubahan positif pada budi pekerti. Budi (cipta, rasa, karsa) dan Pekerti (tenaga/raga) harus seimbang. Kesempurnaan budi pekerti akan membawa anak pada kebijaksanaan. Semua disiplin ilmu dan pengambllan keputusan harus menuju kepada Kebijaksanaan. Menurut KHD, semua yang kita lakukan di bidang pendidikan harus berorientasi kepada murid. Atau bahasa lain yang digunakan KHD adalah " Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk meminta sesuatu hak, namun untuk berhamba pada sang anak". Guru harus dapat mengambil keputusan yang efektif, kreatif dan kritis sehingga dapat dijadikan contoh  serta dapat mendorong murid untuk menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggungjawab.

    Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah nilai kebajikan, di antaranya keadilan, tanggung Jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih Sayang, rajin, komitmen, percaya Diri, kesabaran, dan masih banyak lagi. Guru harus mengajarkan nilai-nilai kebajikan sebagai  kunci yang perlu diajarkan kepada peserta didik. Nilai-nilai yang perlu dimiliki sebagai Calon Guru Penggerak, adalah nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid.

Nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup perlu di jalankan dalam menghadapi  situasi delima etika. Dalam mengambil keputusan diperlukan nilai-nilai atau prinsip dan pendekatan sehingga keputusan tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada murid.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Dalam dunia pendidikan Coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan Coach dapat membuat murid melakukan metakognisi untuk mengambil keputusan dengan memilih sendiri alternatif/solusi dari permasalahan yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain. Di dalam coaching, coach menuntun coachee untuk dapat menemukan jalan keluar dari permasalahannya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan efektif yang menggali potensi atau kekuatan coachee, sehingga pada akhirnya coachee dapat mengambil keputusan sendiri terkait apa yang akan ia lakukan untuk mengatasi permasalahannya. Prinsip-prinsip pengambilan keputusan, terutama 9 langkah pengambilan keputusan dapat diterapkan dalam coaching, karena di dalam 9 langkah pemgambilan keputusan antara lain terdapat langkah dimana kita harus mengenali nilai-nilai yang bertentangan, menganalisis pihak-pihak yang terlibat, fakta-fakta yang relevan, dan opsi-opsi yang dapat diambil sebagai keputusan.

Menilik kembali filosofi Ki Hajar Dewantara tentang peran utama guru (Pamong/Pedagog), maka memahami pendekatan Coaching menjadi selaras dengan Sistem Among sebagai salah satu pendekatan yang memiliki kekuatan untuk menuntun kekuatan kodrat anak (murid). Pendekatan coaching sistem among dapat diterapkan dengan menggunakan metode TIRTA yang merupakan kepanjangan dari T: Tujuan, I: Identifikasi, R: Rencana aksi, dan TA: Tanggung jawab. Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. kita, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan. Tugas guru adalah menuntun atau membantu murid (coachee) menyadari bahwa mereka mampu menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang mungkin menghambat perkembangan potensi dalam dirinya. Hal ini selaras dengan Tujuan coaching yaitu untuk melanjutkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Pengambilan keputusan yang baik diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills). Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial (CASEL). Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Dengan latihan berkesadaran penuh, maka seseorang dapat menumbuhkan perasaan yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih responsif dan reflektif.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Sebagai seorang pendidik seringkali kita dihadapkan pada suatu keadaan di mana kita harus  mengambil sebuah keputusan sulit. Namun, perlu kita ketahui bahwa tidak semua keputusan sulit tersebut merupakan dilema etika. Ada kalanya itu lebih berupa bujukan moral. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Ketika Guru berhadapan dengan kasus-kasus yang fokus pada masalah moral atau etika, maka nilai-nilai diri yang dianut dan yang paling dihargai oleh seorang pendidik akan sangat mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan.

Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid , tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip pengambilan keputusan seorang Guru Penggerak . Sebagai pendidik harus mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral. Sebagai seorang pendidik tentunya kita akan mengambil keputusan yang tujuan akhirnya berpihak pada murid dan keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan. Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku.

    Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Keputusan yang diambil perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid karena setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, oleh sebab itu setiap Sebagai upaya pengambilan keputusan yang tepat, yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dapat dilakukan dengan bebrapa tahap berikut, yaitu : Mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang sesui dari suatu kasus, memilih dan memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam dilema pengambilan keputusan,menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema etika, bersikap reflektif, kritis, dan kreatif.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan-tantang yang saya alami dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap dilema etika ini adalah Ketika berhadapan pada suatu dilema etika individu lawan masyarakat, masih adanya perbedaan pandangan perubahan paradigma pendidikan bagi sebagian kecil rekan guru. Kecenderungan pendapat individu akan terpatahkan oleh kelompok besar. Trauma dari kegagalan mengambil keputusan di masa lalu kekhawatiran jika keputusan yang diambil justru berdampak tidak baik bagi sebagian besar suatu pihak. Untuk mensosialisasikan pengambilan keputusa ini diperlukan perubahan paradigma dan pemahaman yang utuh dari setiap pendidik yang ada disekolah, agar setiap keputusan yang diambil berpihak pada murid.

    Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Dalam pengambilan keputusan yang berpihak pada murid tentunya sanggat mempengaruhi dalam memerdekaan murid-murid dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid, misalnya dengan melakukan pembelajaran berdiferensiasi. Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas pendidik adalah melakukan yang terbaik. Apa yang diinginkan kadang-kadang belum tentu itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan, apalagi perubahan transformasional, pasti ada kritik. Pada konteks merdeka belajar, proses pembelajaran yang dilakukan adalah yang berpihak pada murid. Dengan demikian murid-murid dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain.

    Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Guru sebagai pemimpin pembelajaran yang memiliki penalaran yang baik, mampu mengambil keputusan yang tepat yang berpihak pada murid , maka dapat dipastikan murid akan memiilki kecakapan dalam mengambil keputusan apa yang tepat bagi dirinya sendiri. sepantasnya menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti.  Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama. Nilai-nilai kebajikan universal meliputi hal-hal seperti Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran, dan masih banyak lagi.

Keputusan-keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah, terutama bagi murid. Pendidik adalah teladan bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila. Pemimpin pembelajaran akan menjadi pribadi yang kreatif, mandiri, inovatif dan mampu menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.

     Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Guru sebagai pendidik yang peran utamanya adalah "menuntun" segala kodrat yang dimiliki oleh anak, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya, agar anak meraih kemerdekaannya dalam belajar. Dalam proses menuntun, guru berperan sebagai pamong, yang mengedepankan azaz pratap trikolaka ing ngarso sung thulodo, ing madyo mbangun karso, dan tut wuri handayani dalam kepemimpinannya di pembelajaran. Pratap Triloka KHD yang dikedepankan oleh guru dalam pengambilan keputusan di kelas akan membawa kepada perubahan positif pada Budi Pekerti anak. Kesempurnaan budi pekerti akan membawa anak pada kebijaksanaan. Semua disiplin ilmu dan pengambilan keputun harus menuju kepada kebijaksanaan.

Dibutuhkan nilai-nilai kebajikan  agar setiap keputusan yang diambil oleh guru merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita. Nilai-nilai kebajikan tersebut dapat berupa : keadilan, tanggung Jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih Sayang, rajin, komitmen, percaya Diri, kesabaran, dan masih banyak lagi. Mengajarkan nilai-nilai kebajikan merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada murid-murid kita. Selain itu terdapat nilai khusus bagi Calon guru Penggerak yang akan menjadi role model bagi murid yaitu : mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid , tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip pengambilan keputusan seorang Guru Penggerak.

Selain itu, diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial (CASEL). Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Karena di dalam kondisi berkesadaran penuh, terjadi perubahan fisiologis seperti meluasnya area otak yang terutama berfungsi untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stres, dan munculnya perasaan tenang dan stabil. Dengan latihan berkesadaran penuh, maka seseorang dapat menumbuhkan perasaan yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih responsif dan reflektif.

Setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid. Sebagai upaya pengambilan keputusan yang tepat, yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dapat dilakukan dengan bebrapa tahap berikut, yaitu :

1.       Mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang sesui dari suatu kasus

2.       Memilih dan memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam dilema pengambilan keputusan.

3.       Menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema etika

4.       bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut

 

Karena itu, dibutuhkan keterampilan Kepemimpinan Pendukung Pemimpin Pembelajaran, diantaranya, adalah sebagai berikut :

1.       Pengetahuan diri

2.       Manajemen Waktu dan Kehidupan

3.       Agen Perubahan

4.       Tujuan dan Usaha Bersama

5.       Pengambilan Keputusan Beretika

6.       Pengaruh Komunikasi Persuasif

7.       Budaya Iklim Komunitas

8.       Transisi Kepemimpinan dan Perencanaan Suksesi

9.       Arahan yang Jelas dan Tegas

 

    Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Dilema etika (benar vs benar) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral (benar vs salah) yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah.

 

Empat (4) paradigma pengambilan keputusan  adalah :

 

Paradigma individu melawan masyarakat (individu vs community); yaitu konflik yang terajdi untuk membuat pilihan antara kepentingan pribadi atau kelompok kecil dengan kepentingan orang lain atau kelompok yang lebih besar.

Paradigma keadilan melawan rasa kasihan (Justice vs mercy); pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan pelakukan yang sama bagi semua orang atau membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang. Terkadang diperlukan untuk memegang teguh peraturan, akan tetapi, kita pun  terkadang perlu membuat pengecualian untuk hal yang benar dan manusiawi.

 Paradigma kebenaran mealawan kesetiaan (truth vs loyalty). Pada paradigma ini kita ditempatkan pada situasi untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia  sebagai rasa tanggung jawab kita kepada orang lain. Apakah kita akan berlaku jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.

Paradigma jangka pendek melawan jangka panjang (short term vs long term) pada paradigma ini kita ditempatkan pada pilihan antara yang nampak terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang.

 

Tiga (3) prinsip pengambilan keputusan

·         Melakukan demi kebaikan orang banyak atau yang kita kenal dengan Berpikir Berbasis pada Hasil Akhir (Ends Based Thinking).

·         Menjunjung tinggi nilai-nilai pada prinsip dalam diri atau yang sering kita sebut dengan Berpikir Berbasis Peraturan (Rules Based Thinking).

·         Melakukan apa yang kita harapkan orang lain lakukan pada diri kita atau kita kenal dengan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Cares Based Thinking).

 

9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan

 

1.     Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangna  dalam situasi, dengan cara mengidentifikasi dan menyaring masalah yang berhubungan dengan etika sopan satun dan norma sosial.

2.    Tentukan siapa saja pihak yang terlibat dalam situasi  tersebut.

3.     Kumpulkan fakta-fakta yang relevan, dalam hal ini kita dapat menggunakan salah satu teknik Coaching dan Kompetensi Sosial Emosi Teknik STOP

4.    Pengujian Benar atau Salah, dalam hal ini dapat dilakukan menggunakan uji legal, uji regulasi atau standar profesional, uji intuisi, uji halaman depan, dan uji panutan atau idola

5.    Pengujian menggunakan empat paradigma benar lawan benar

6.    Melakukan prinsip resolusi dengan menggunakan 3 (tiga) prinsip pengambilan keputusan, yaitu berbasis hasil akhir, berbasis peraturan, dan berbasis rasa peduli.

7.    Investigasi opsi trilema, yaitu munculnya sebuah gagasan baru yang kreatif saat kebingungan dalam pengambilan keputusan.

8.    Buat keputusan

9.    Lihat keputusan dan refleksikan, dalam hal ini salah satu langkah yang dapat kita gunakan adalah teknik IA (Inquiry Apresiatif) menggunakan konsep BAGJA yang berarti Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, dan Atur Ekseskusi.

 

     Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dengan pengambilan keputusan dengan dilema etika dan bujukan moral. Pada saat itu saya megambil keputusan berdasarkan nilai – nilai kebajikan yang saya miliki, dan juga melakukan pengambilan keputusan berdasarkan aturan yang berlaku. Setelah mempelajari modul ini saya lebih memahami bahwa keputusan yang diambil sebaiknya harus berpihak pada murid dan mencoba untuk selalu mengambil keputusan berdasarkan Dilema etika tidak lagi melakukan pengambilan keputusan berdasarkan bujukan moral.

     Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Saya menjadi memahami bahwa dalam pengambilan keputusan ada nilai-nilai kebajikan yang harus dijunjung tinggi. Dampak mempelajari konsep ini adalah saya lebih mengutamakan kepentingan murid dalam mengambil keputusan, Dimana saya mengusahakan memberikan rasa aman dan nyaman serta memberikan keputusan yang memuaskan semua pihak yang terlibat.

    Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sangat penting sebagai seorang pemimpin mempelajaran karena mempelajari modul ini melatih saya untuk bisa mengendalikan diri, memutuskan pengambilan keputusan yang tepat sehingga tidak merugikan orang lain. Saya juga mempelajari bagaimana saya dapat menerima semua resiko yang terjadi dengan keputusan yang diambil, bertanggungjawab terhadap keputusan yang telah diambil.

Kamis, 22 September 2022

ARTIKEL AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

 


 

PENERAPAN BUDAYA POSITIF MELALUI “KEYAKINAN KELAS “

DI SD NEGERI 008 BULUH RAMPAI


Sumber : Modul 1.4 Budaya Postif Pendidikan Guru Penggerak

Penulis  : MARYANTO

Sekolah : SD NEGERI 008 BULUH RAMPAI


A. Latar Belakang

Tujuan penerapan pembelajaran di sekolah salah satunya untuk membentuk peserta didik menjadi insan yang berpendidikan, kreatif, dan berkarakter. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilaksanakan kegiatan pembiasaan yang baik dalam proses pembelajaran. Pembiasaan penerapan budaya yang baik atau budaya positif akan membentuk murid yang berprestasi dan berkarakter. Budaya positif perlu dibangun di dalam kelas pada saat pembelajaran dan juga di lingkungan sekolah serta luar sekolah. Sebagai bentuk pembiasaan tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai budaya positif yang diharapkan di sekolah perlu adanya hal yang disepakati bersama dan  dilakukan dalam waktu yang lama.

Budaya positif sangat penting untuk dikembangkan pada pembelajaran sekolah dasar mengingat pada masa ini adalah dasar dalam menanamkan nilai-nilai yang positif untuk murid yang akan dibawanya sampai dewasa. Budaya positif akan membentuk karakter dan kecerdasan mereka. Budaya positif juga menjadi filter bagi murid dalam menghadapi kemajuan zaman yang semuanya serba digital. Menerapkan budaya positif untuk anak kelas rendah berbeda dengan anak usia di atasnya, karena anak kelas rendah hanya akan meniru apa yang dicontohkan.

Bentuk  membangun budaya positif dalam menumbuhkan karakter murid di sekolah cukup beragam dapat dilakukan melalui keteladanan dan pembiasaan sehari-hari. Dalam pelaksanaannya pun disesuaikan dengan tingkatan kelasnya. Budaya positif dapat diterapkan melalui kata-kata yang positif dibarengi dengan tindakan-tindakan yang positif, sehingga budaya positif akan timbul karena dorongan dalam diri murid bukan karena takut akan hukuman dari guru atau orang lain.

Menurut KHD bahwa pendidikan bertujuan untuk mencapai kehidupan dan kebahagian setinggi-tingginya. Salah satu bentuk menumbuhkan budaya positif yang dapat diterapkan di kelas tingkat sekolah dasar adalah dengan membuat keyakinan kelas yang berawal dari kesepakatan kelas. Keyakinan kelas ini dibuat dan disepakati oleh guru dan murid. sehingga hal ini akan menumbuhkan hal-hal positif di kelas.

B. Deskripsi Aksi Nyata

Dalam mewujudkan budaya positif perlu adanya dukungan dan motivasi dalam bentuk kolaborasi antara kepala sekolah dengan guru dan antara guru dengan murid, serta antara murid dengan orang tua. Berkolaborasi dengan teman sejawat atau wali kelas dalam mewujudkan budaya positif melalui keyakinan kelas berawal dari kesepakatan kelas. Kegiatan tersebut dilakukan agar semua warga sekolah baik kepala sekolah, guru dan murid serta orang tua mempunyai sudut pandang yang sama dalam menerapkan “Keyakinan Kelas” di semua kelas yang ada di sekolah. Keyakinan kelas ini diharapkan dapat menunjang cerciptanya  budaya positif dan dapat terlaksana dengan baik. Bentuk budaya positif yang ada dalam keyakinan kelas diantaranya berdoá sebelum belajar, masuk tepat waktu, menjaga lingkungan tetap bersih, taat dan patuh kepada guru.

C. Tujuan

Budaya positif yang akan saya kembangkan di kelas saya bertujuan :

1.      Menciptakan murid yang merdeka belajar dan memiliki disiplin diri yang kuat

2.      Menumbuhkan rasa tanggung jawab dan empati terhadap orang lain

3.      Menumbuhkan budaya positif di sekolah dengan menyakini nilai-nilai budaya universal.

 

D. Tolok Ukur

1.      Terbentuknya “Keyakinan Kelas”melalui kegiatan kesepakatan kelas yang dilakukan guru dan murid

2.      Murid menunjukkan tanggung jawab dan empati pada orang lain.

3.      Murid mampu menjalankan dan menerapkan “Keyakinan Kelas”yang telah dibuat.

E. Linimasa Tindakan

1.      Menghadap Kepala Sekolah untuk menjelaskan pentingnya penanaman budaya positif dan keyakinan kelas di sekolah, serta meminta izin untuk mendesiminasikan bersama rekan guru.

2.      Mengumpulkan rekan guru untuk melakukan desiminasi pemahaman materi Budaya Positif (Keyakinan Kelas dan Segitiga Restitusi).

3.      Berkoordinasi dan berkolaborasi dengan guru kelas untuk membuat keyakinan kelas di kelas masing-masing.

4.      Memantau, refleksi dan mengevaluasi keyakinan kelas yang telah dibuat.

F. Dukungan yang Dibutuhkan

1.      Dukungan dari Kepala Sekolah, rekan guru, dan murid agar tindakan yang disusun dapat dilakukan secara lancar dan menyeluruh.

2.      Peserta didik yang mendukung dalam membuat keyakinan kelas

3.      Sarana dan prasarana untuk menumbuhkan Budaya Positif di sekolah.

4.      Orang tua dalam melakukan budaya positif di rumah


F. Dokumentasi Kegiatan








 

Jumat, 26 April 2019

Puncak Prestasi Menuju Gunung Fuji



Untuk mencapai puncak prestasi dan keberhasilan  tidaklah mudah bagi saya, berbagai rintangan dan tantangan harus ku hadapi.
Seleksi sebagai guru berprestasi tingkat sekolah dasar dimulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, hingga ke tingkat nasional.

Keuletan, kegigihan dan kesabaran  harus saya miliki  terutama empat kompetensi sebagai seorang guru profesional, empat kompetensi dasar yang dimaksud adalah (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi kepribadian dan, (4) kompetensi sosial. Tahapan kegiatan yang harus saya lalui dalam pemilihan guru sekolah dasar berprestasi  dimulai dari penilaian dokumen portofolio, penilaian kerja guru, tes tertulis, penilaian KTI dan artikel ilmiah, presentasi artikel ilmiah dan tanya jawab  dan, penilaian keteladanan dan akhlak mulia.

         Sungguh hatiku merasakan bahagia namun  separuh dari perasaanku mengapa merasa gemetar penuh tantangan dalam mengikuti pemilihan guru berprestasi tingkat nasional bersama teman-teman dari 34 provinsi, sementara saya mewakili dari provinsi Riau.

Persyaratan peserta pemilihan guru sekolah dasar berprestasi mulai dari tingkat satuan pendidikan sampai dengan tingkat nasional terdiri dari persyaratan akademik, persyaratan administratif, dan persyaratan khusus yang semua itu harus saya persiapkan. Prinsip penyelenggaraan yang diterapkan oleh panitia dalam pemilihan guru sekolah dasar berprestasi adalah kompetitif, objektif, transparan, dan akuntabel.

Panitia melakukan prosedur penilaian mulai dari menerima dan memeriksa kelengkapan berkas saya, panitia menguji tingkat plagiasi KTI, tim seleksi melaksanakan penilaian terhadap aspek dokumen portofolio, PKG, tes tertulis KTI dan paparan karya ilmiah serta beberapa pertanyaan yang harus saya jawab.

Penjumlahan dari nilai semua aspek setelah melalui konversi pembobotan. Nilai total digunakan sebagai penentu peringkat guru sekolah dasar berprestasi tingkat nasional. Panitia melaporkan hasil penilaian guru sekolah dasar berprestasi  kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk ditetapkan dengan SK menteri, diberikan hadiah dan piagam penghargaan kepada peserta yang meraih peringkat I, II dan III.

Saya mewakili provinsi Riau pada pemilihan guru sekolah dasar berprestasi tingkat nasional di Jakarta, selain mengikuti seleksi guru berprestasi tingkat nasional saya juga berkesempatan mengikuti upacara peringatan detik-detik Proklamasi di istana negara dan dapat bersilaturahmi dengan bapak presiden.

Memang benar pemilihan guru berprestasi tingkat nasional lebih berat dibanding pemilihan pada tingkat provinsi, meski demikian saya berusaha sekuat tenaga mempersiapkan diri serta mental agar mampu bersaing dengan guru berprestasi di seluruh Indonesia.

Alhamdulillahirobbil Alamin berkat dukungan, doa dan motivasi dari bapak gubernur Riau, bupati Indragiri Hulu, kepala dinas pendidikan dan Kebudayaan, keluarga, atasan, teman sejawat dan semua pihak sehingga saya berkesempatan untuk berangkat ke negeri Sakura yaitu ke negara Jepang.

Saya berangkat bersama 9 orang teman dari berbagai provinsi diantaranya M. Yusuf Zaini dari Papua Barat, Kemas Sudirman dari Jambi, Risnawati Sitorus dari DKI Jakarta, Jarmini dari NTT, Nur Hidayah dari Jawa Tengah,  Aniwaty dari Kepulauan Riau, Desi Sagita Yusuf dari Sumatera Barat, Herliza Tahar dari Sumatera Barat, dan Agnes Natalia dari Kalimantan Barat. Kami diberi pembekalan oleh Dirjen GTK (Direktorat P2TK Dikdas) keberangkatan kami didampingi oleh pemandu ibu Diani Risda S.Pd.,M.Ed dosen UPI Bandung serta 2 orang dari kasubdit kesharlindung.

Pesawat Jepang Air Line yang saya tumpangi dari bandara internasional soekarno-hatta cukup mewah sudah mengudara dengan nyaman layaknya seekor burung bangau yang indah mengepakkan sayapnya. Tampak beberapa pramugari dengan senyum ramahnya menawari saya minuman dan makanan. Tidak pernah kusangka dan kuduga kesempatan emas yang begitu istimewa keinginan yang dulu pernah ku cita-citakan untuk bisa pergi ke luar negeri. Terima kasih ya Allah atas rahmat dan karunia-Mu ini sehingga terkabul semua doa dan harapanku.

Selama 9 jam penerbangan rasa haru dan bahagia kurasakan saat kududuk dan berada di dalam pesawat yang begitu besar dan mewah. Kami berangkat sekitar pukul 11.00 malam hingga sekitar pukul 08.00 pagi waktu Jakarta atau pukul 10.00 waktu di Jepang kami beserta rombongan tiba di Narita International Airport. Setelah proses imigrasi yang harus dilengkapi saya menuju tempat pengambilan bagasi namun sebelum keluar dari lokasi ada proses selanjutnya yakni custom, menjawab beberapa pertanyaan dan pengisian formulir. Setelah selesai, saya-pun melenggang keluar pintu pemeriksaan dengan hati riang gembira tampak di dinding sebuah lorong besar bertuliskan Welcome To Japan dan tak lupa kami-pun berfoto bersama sebagai dokumentasi.

Setelah kami keluar dari bandara sudah menanti sebuah bus cantik yang siap mengantarkan kami beserta rombongan. Berdasarkan jadwal kami akan berada di negara Jepang kurang lebih 18 hari. Program penghargaan guru sekolah dasar berprestasi dalam bentuk short course ke Jepang bertujuan untuk memperluas wawasan dan peningkatan kompetensi yang relevan dengan tujuan meningkatkan pendidikan melalui pengelolaan profesionalisme guru dan tenaga kependidikan.

Kunjungan hari pertama saya beserta teman -teman yaitu ke Umihotaru, Jalan persimpangan antara teluk yang disusun terdiri dari terowongan bawah laut dan jembatan, terowongan yang disebut Aqua-Tunnel dengan panjang 9,6 KM dimulai dari Kawasaki. Jembatan yang disebut Aqua-Brigde dengan panjang 4,4 km dimulai dari kKisarazu yang menghubungkan antara terowongan dengan jembatan terdapat pulau buatan besar yang disebut Umihotaru sang kunang-kunang laut dari Tokyo Jepang. Setelah itu kami menuju ke kuil Asakusa  masih berada di Tokyo.

Hari kedua kami mengunjungi SD Negeri takanehigashi elementary school, sekolah ini memfokuskan pada bidang penelitian science. Target sekolah ini adalah cerdas, berhati lembut, mampu bertahan hidup, dan selalu ceria. Pada hari tiga hingga hari ke enam kami mengunjungi Imperial Palace yaitu tempat kediaman kaisar Jepang, SD Negeri Miami iIkebukuro, museum Edo menuju universitas Gakugei Daigaku dan SD Affilial Gakugei Daigaku serta ke SD Negeri Asahi Hashimoto masih di Tokyo.

Perjalanan di hari ketujuh kami pindah hotel menuju Osaka dan siap-siap meluncur menuju Gunung Fuji. Gunung Fuji adalah gunung tertinggi di Jepang, terletak di perbatasan prefektur Shizuoka dan Yamanashi di sebelah barat Tokyo. Gunung Fuji terletak dekat pesisir Pasifik di pusat Honshu dikelilingi oleh tiga kota yaitu Fuji-Yoshida (utara) dan Fujinomiya (barat daya). Gunung Fuji dikelilingi oleh lima Danau yaitu Kawaguchi, Yamanaka, Sai, motusa dan Shoji.

Legenda singkat Gunung Fuji adalah Gunung Fuji merupakan simbol dari negara Jepang selain bunga Sakura di Gunung Fuji itu tinggal beberapa dewa-dewi karena itu tempat wisata ini dianggap keramat konon wanita sempat dilarang keras mendaki gunung ini karena Dewi Gunung Fuji akan cemburu, ini si salah satu Kenapa dianggap suci. Selain itu ada makhluk yang dinamakan Sokou. Sokou si ekor 4 adalah sebuah makhluk dari cerita mitologi Jepang, berbentuk siput setengah ular yang konon tinggal di Gunung Fuji.

Cantiknya Gunung Fuji saat tertutup salju memiliki empat buah ekor dan menyebarkan gas beracun sekitar tubuhnya. Awalnya adalah ayam jantan dan ular yang menjalin kasih namun akibat pengaruh udara dan racun di pegunungan kedua hewan itu menyatu dan menjadi besar. Karena berbahaya seorang ahli ilmu iblis bernama Yamazaki Ishiro mengurung Sokou ke dalam alat Dewa kandang bulan berjaring di dasar Gunung Fuji.

Sampai saat ini masih ada masyarakat Jepang yang beranggapan bahwa letusan di Gunung Fuji disebabkan oleh dengkuran ketika Sokou ketika sedang tidur. Di sana banyak dihuni oleh Dewa dan Dewi bahkan makhluk penunggu seperti Sokou. Orang Jepang sangat menghargai keberadaan makhluk-makhluk seperti itu makanya mereka sangat menghargai dan menjaga Gunung Fuji. Misteri Gunung Fujiyama selain kisah legenda tersebut Gunung Fujiyama menyimpan sebuah misteri yang cukup menakutkan. Hal ini karena gunung tersebut dikenal sebagai salah satu lokasi favorit bagi mereka yang ingin mengakhiri hidupnya atau bunuh diri. Hal ini diketahui dari data bahwa setiap tahunnya tidak kurang dari 100 mayat yang ditemukan di tempat tersebut.

Atas fenomena tersebut pemerintah dan organisasi setempat pun membuat sebuah tindakan antara lain dengan membuat tulisan yang mudah dibaca setiap orang yang masuk di kawasan Gunung Fujiyama dalam tulisan itu setiap orang dianjurkan untuk berpikir dengan jernih sebelum memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di Gunung Fujiyama. Mengapa mereka berencana mengakhiri hidupnya di sana. Sebuah misteri yang belum terjawab hingga sekarang.

Di sepanjang perjalanan menuju ke Gunung Fuji kami disajikan alam yang masih asri dan terjaga. Pemerintah Jepang memberi kesempatan pengunjung dapat mencapai puncak Gunung Fuji dan menyediakan akses untuk menuju ke wisata tersebut dengan mudah. Semoga puncak prestasi menuju gunung Fuji menjadi inspirasi bagi pembaca untuk berkunjung dan mendaki keindahan dari gunung tertinggi di negeri Sakura.